Friday, February 9, 2018

Ngobrol Seru dan Anti Bete Saat Naik Ojek

Ojek adalah moda transportasi yang sering membuat dilema. Bukan masalah bayarnya (kecuali di tanggal tua), tapi masalah “aing harus ngomong apa sama abangnya biar gak keliatan judes”, atau sekadar “muka drivernya agak galak nih aing harus pake kalimat yang kalem”, dan pikiran-pikiran lainnya yang sebenernya gak terlalu penting sih.. Hati-hati, nanti hidup lo..........



Selama menjadi pelanggan setia jasa ojek online, gue pun secara gak langsung mengamati dan melakukan riset kecil tentang apa yang biasa diobrolin saat lagi otewe.. Ini listnya!

1. Obrolan iya-iya-aja-biar-gak-kaku-amat

Obrolan iya-iya-aja-biar-gak-kaku-amat antara driver dan customer biasanya bertujuan untuk meruntuhkan tembok pemisah antara driver dan customer. Maksudnya biar gak keliatan kayak umi yang lagi ngambek karena abi lupa kasih duit bulanan, atau umi yang lagi ngambek karena semalem abi taro handuk basah di kasur.

Driver: “Berangkat kerja, mba?”

Gue: “Iya, pak.”

Driver: “Dari tadi saya perhatiin jalanan hari ini gak terlalu macet, mba.”

Gue: “Iya, pak, bagus deh biar saya nyampenya tepat waktu.”

--------------------------------Hening------------------------------

Driver: “Mba, mau lewat jalur mana nih?”

Gue: “Bebas, pak. Yang kira-kira lebih lancar aja menurut maps.”

Driver: “Siap mba..”

----------------Beberapa waktu kemudian---------------------

Driver: “Yak, sudah sampai, mba.”

Gue: “Makasih ya, pak.”

Pelajaran yang bisa dipetik dari obrolan jenis ini:
Driver adalah tipe orang yang menghargai privasi. Kasih tip. Kasih bintang! Ingatlah untuk berbagi, karena...........


2.  Obrolan akrab-ikrib

Setiap naik ojek, taksi, atau transportasi umum apapun, gue selalu menyapa para supir dengan panggilan “Pak” dan “Bu”. Ya, ini ajaran orangtua gue dan gue pun sependapat bahwa manggil “pak” atau “bu” adalah sebagai bentuk sopan santun terhadap orang yang kasih jasa. Terlepas dari umur mereka, sepantaran atau lebih muda pun, tetep gue panggil “pak” dan “bu”.
Nah tiba-tiba semesta mengajak gue becanda dengan memberikan driver yang terlihat lebih muda dari gue. 
Percakapan dimulai..

Gue: “Siang.. Pak Danu, ya?”

Driver: “Pasti ini dengan mba Magdalena!”

Wow semangat yang luar biasa ~~

Perjalanan dimulai…
Driver: “Mba, mau berangkat kerja ya?”

Gue: “Iya, pak..”

Driver: “Tiap hari naik gojek, mba?”

Gue: “Iya kira-kira gitu, pak.”

Driver: “Biasa berangkat jam seginian, mba?”

Gue: “Iya pak..”

Doi nanya-nanya terus, sampai tiba-tiba….

Driver: “Duh, jangan panggil ‘pak’ dong. Hehe..”

Gue: “Haha maaf, saya memang terbiasa manggil ‘pak’.”

Driver: “Iya tapi kan saya kan belum bapak-bapak.”

Gue: “Oke sip deh, mas.”

Driver: “Jangan panggil mas juga, dong.”

--------------------------------Hening------------------------------

Driver: “Panggil nama aja.”

------------------------tambah hening---------------------------

Gue: “Hahahahahahahaha….”

Driver: “Uhm ngomong-ngomong.. Mbak udah punya pacar belum?”

(((AHA! INI WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEMBUAT DIA BERHENTI NANYA-NANYA)))

Gue: “Oh, pacar? Saya udah menikah, pak.”

Dan akhirnya driver terdiam. 1-0!




Pelajaran yang bisa dipetik dari obrolan jenis ini:
Kalau lagi males ditanya-tanyain bak selebriti atau malah “dipepet” abangnya, bilang aja lo udah berkeluarga, udah punya anak, dan menurut kearifan lokal tidak baik ngobrol terlalu dempet apalagi kalo abangnya sampe nengok-nengok ke belakang wkwk~

3. Obrolan politik

Driver: “Dikit lagi pilkada serentak nih, mba.”

Gue: “Iya, pak.”

Driver: “Saya mah udah susah percaya deh sama pejabat dan pemerintah di negeri ini. Kebanyakan yang ngomong doing, ujung-ujungnya janji palsu. Leih parahnya malah korupsi.”

Gue: “Bener, pak. Kita harus pinter-pinter milih, pak.”

Driver: “Iya mba, tuh liat aja partai…………..kadernya ternyata banyak yang ketangkep KPK.

Driver (lagi): “Udah gitu ya mba………………………..”

Masih driver: “Padahal kan mba kesejahteraan rakyat Indonesia…………………………..”

Yawlah ngomong lagi drivernya: “Menurut saya sih simpelnya gini aja mba…………………”

Gue: “Bener banget, saya setuju, pak..”

Kala itu gue gak mengemukakan pendapat, cuma mengiyakan pendapat doi yang menurut gue bener juga. Takutnya kalo gue terlalu aktif beropini dan berapi-api, pas turun dari motor diajakin duet nyanyi Indonesia Raya atau mars perindo yakannn.

Pelajaran yang bisa dipetik dari obrolan jenis ini:
Boleh beropini, tapi kalo lagi ketemu strangers ya ndak usah garis keras banget, kan tiap orang pemikirannya berbeda. Takutnya ada yang sensi dan tersakiti, atau malah bisa aja ini PAK WIRANTO LAGI NYAMARRRR, GAESSSS!!!!!

Okeeee, yang terakhir! Lo pasti pernah mengalaminya karena obrolan jenis satu ini marak terjadi di kota-kota besar di Indonesia, yaitu……………

4. Obrolan yang terbawa angin

Driver: “Mba, vdshcewertyuijhvblnsxkanpq”

Gue: “Hehe..iya pak.”

Driver: “Hsdasnauiweuindchjfskaodcasqdrhbftz??”

Gue: “Iya bener pak.”

Driver: “Sniwqxncmdsfhdfduupqwvnvfv. Afsduvnhjkcnczjbfnmcdfhcjisdyughhgjfifuyghsj, akoieqwafjidwkoacvifgnvcmkdwijhaugchbjn,wfdqmzascuyagwhfjsieusadyahfjiosfdcasuhrawnsdkcawgf.



Pelajaran yang bisa dipetik dari obrolan jenis ini:
Mungkin memang tidak semua hal harus dimengerti, yang penting jangan lupa bintangnya ya mbaaaaaa~~


Nah, lantas kalau ditanya, seperti apa jenis obrolan yang gue idamkan saat lagi di perjalanan? Gini:

Driver: “……………….”

Gue: “………………..”

-------------------Sampe di tempat tujuan-------------------

Gue: “Makasih ya, pak.”

Driver: “Sama-sama, mba.”

Damai, hening, indah, sejuk.  #IreneCintaDamai #TapiDamaiCintaOrangLain


Yauds gitu aja deh.. Dan ada satu pesan untuk para sahabat. Terlepas dari obrolan yang kocak, absurd, basa-basi, gak kedengeran, atau apapun itu, ingatlah bahwa itu semata-mata usaha dan cara driver untuk mencairkan suasana dan membuat suasana aziq aja. Salam hangat untuk para driver ojek online di luar sana! Kalian da best!

Dan juga salam hangat dan peluk manja untuk lo yang menyempatkan diri untuk baca post ini sambil ngangguk-ngangguk “hmmm bener banget njirr!!”. Semoga lo tetap bisa menemukan cara untuk tertawa dan berbahagia dalam situasi se-absurd apapun! Stay strong karena...............



Salam olahraga!

Monday, February 5, 2018

Sebuah Surat untuk Dilan


Dilan, aku mau menyampaikan beberapa hal menyangkut pernyataanmu tentang "rindu itu berat." Aku setuju, namun tidak sepenuhnya. Telah aku ringkas di surat ini beberapa hal yang nyatanya lebih berat dari rindu. Mohon dibaca, ya..

Untuk Dilan
di tempat

Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi cinta satu sisi.
Kamu tahu bagaimana rasanya mengagumi orang dari kejauhan? Menikmati senyum yang merekah di bibirnya, mendengar gelak tawanya yang nyaring, memandang kedua matanya yang menatap serius saat ada yang mengajaknya berbicara, bahkan gaya jalannya yang sedikit kaku namun membuatku berharap ia berjalan ke arahku? Semua gerak-gerikmu membuatku dalam hati berkata.............



Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi berharap pada sesuatu yang tidak pasti.
“Kalau tidak pasti, ya lupakan saja lah!” Teorinya memang begitu, tapi hati terkadang sulit patuh terhadap pemikiran rasional. Bagaimana mungkin melupakan seseorang yang membuat hati berdegup kencang, sedikit lebih kencang dari “roller coaster tercepat ketiga di dunia” versi on the spot? Bagaimana caranya berhenti berharap pada seseorang yang sudah kuhafal harum tubuhnya, bahkan ketika ada aroma sejenis yang lewat, hatiku spontan tersenyum? Dia baik, dia pintar, dia belum memiliki kekasih, tapi dia pun belum memberikan sinyal dan kepastian. Memilih untuk diam dan berharap memang berat, namun memilih untuk melupakannya tentu jauh lebih berat, Dilan. Kalau begini kan jadinya..........



Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi memulai percakapan dengannya.
“Lagi apa?”
“Kamu di mana?”
Pertanyaan klise seperti itu terdengar membosankan dan mungkin sudah tidak hits di zaman sekarang ini.
Ingin rasanya bertanya
“Bagaimana hari-harimu di kantor? Apakah semua pekerjaanmu beres?”
“Apakah hari ini anak buahmu menyusahkanmu? Atau atasanmu membuat kepalamu pusing tujuh keliling?”
“Jangan pulang terlalu malam, aku tidak ingin melihat kamu kelelahan.”
“Ingat untuk makan malam, ya. Usahakan untuk makan sayur dan buah yang banyak. Oh, dan jangan lupa meminum vitamin C agar daya tahan tubuhmu baik.”
Atau sekadar
“Selamat tidur. I love you.”

Bagaimana caranya aku harus memulai percakapan ini? Apakah untuk mendapat perhatianmu aku harus menjual.....



Dilan, yang berat itu bukan rindu, tapi membayar cicilan KPR dan cicilan masa depan lainnya.
Harga tanah dan bangunan semakin mahal, Dilan. Untuk sebuah rumah di Jakarta harus merogoh kocek minimal milyar rupiah. Bahkan di pinggir ibukota, harga rumah ratusan juta sudah sulit ditemukan, sama halnya dengan apartemen. Cicilannya pun tidak murah, gajian seperti cuma numpang lewat dan tinggal menjadi kenangan. Itu baru tempat tinggal, belum lagi tabungan untuk kehidupan sehari-hari, tabungan untuk sekolah anak di masa depan, tabungan untuk jalan-jalan, nyalon, makeup, skincare, dan ah masih banyak hal lain yang berhubungan dengan uang. Sungguh berat, Dilan.



Dan terakhir, Dilan.. Asal kamu tahu, ada satu hal yang jauh lebih berat dari rindu, yaitu sinamot.
Kamu mungkin tidak begitu paham mengenai sinamot, karena sinamot adalah salah satu (dari ribuan) budaya batak. Sinamot, ya, mahar kawin yang harus dibayar oleh kaum lelaki yang hendak menikahi perempuan berdarah Batak. Harganya kau tau, Dilan? Mahal kali pun amanggggg, puluhan sampai ratusan juta, Dilan! AGOI AMANGGG!!! Namun, jangan kuatir Dilanku, aku dan keluargaku nampaknya tidak terlalu strict pada hal itu karena kami adalah Batak KW, zadi seberapanya lah yang kau ada, Dilan, aku terima. Paling tidak honeymoon ke Santorini dan travelling keliling Europe tiap akhir tahun pun sudah cukup bagiku. Tenang, yang terutama, aku hanya berdoa.....




Segini dulu suratku ya, Dilan. Semoga surat ini sampai ke tanganmu, dan mungkin kau benar bahwa rindu itu memang berat, jadi biarlah aku saja yang rindu, kamu cari duit yang banyak aja untuk nikahan kita nanti. BIAR MARPESTA KITA, DILAN!!!!!!!!!







Love,
Milea Hutauruk