Wednesday, September 21, 2016

Perjalanan Mencari Rangga - Part 3 (End)

1 Juni 2016

Hari ketiga dimulai lebih awal dibanding hari kedua. Begitu antusiasnya menemui Rangga, gue berhasil bangun jam 4 pagi. Tanpa mandi tapi tentu kudu musti gambar alis, sebab wajah tanpa alis cetar bagaikan taman tak berbunga.


alis ready!
 Jam 4.30 belum ada kabar dari si bapak ojek, padahal doi janji mau jemput gue jam 4.30. Dia yang berjanji, dia pula yang mengingkari. Ah, namanya juga lakik! X))) Sekitar pukul 4.50 akhirnya si bapak sampai di lobby hotel. Off we go!!!

Perjalanan menuju Punthuk Setumbu di pagi buta itu NGERI-NGERI SEDAP! Jalanan menuju Punthuk Setumbu itu melewati perkampungan, jalannnya kecil, sangat minim lampu jalan, dan udaranya dingin banget. Jujur gue agak worry karena bener-bener sepi, plus gue gak ngabarin keluarga bahwa gue mau berangkat sesubuh ini untuk liat sunrise (maafkan anakmu ini, nyak babe!). Berbagai skenario penculikan dan pembunuhan terus berputar di kepala gue untuk beberapa menit, lalu kemudian gue tenang karena gue sadar gak ada yang mau culik gue. Porsi makan gue banyak dan hobi nyinyir  ada keajaiban terjadi! Tiba-tiba ada cahaya terang banget yang berasal dari sesuatu di belakang gue. Ternyata cahaya itu berasal dari lampu mobil jeep yang ada pas di belakang motor. Mobil ini juga mengarah ke Punthuk Setumbu dan menjadi penerang jalanan hingga akhirnya gue berhasi sampai dengan selamat. Fiuh…. terima kasih ya Tuhan. Terima kasih mas-mas Jeep…
Setelah 20 menitan melewati sesi ngeri-ngeri sedap, akhirnya gue sampe di parkiran Punthuk Setumbu. Dari parkiran ini, gue beli tiket masuk seharga Rp 15.000 dan mulai trekking ringan. Sesaat setelah gue mulai trekking, gue sadar ternyata ini adalah NGERI-NGERI SEDAP PART 2. Jalur trekkingnya gelap karena masih subuh, jumlah lampunya sedikit dan jaraknya berjauhan. Plus, kanan-kiri jalurnya itu pepohonan yang gede-gede menyeramkan. Memang ada beberapa warung sih, tapi letak warungnya cuma di awal dan akhir jalur trekking. MAU MATI BANGET GAKSIHHHH. 5 menit berlalu.. 10 menit berlalu… Gue langkahkan kaki tanpa henti dan akhirnya terlihat semakin banyak lampu…..ah ada warung lagi! Dan ternyata warung itu adalah tanda akhir jalur trekking. Alhamdulilah akhirnya gue sampe!! Hahahaahahahah! Gue langsung duduk, mengatur napas, ngopi dan makan pisang goreng, lalu nongkrong bersama mas-mas dan bapak-bapak lainnya.

Jam masih menunjukkan pukul 5.15 dan matahari belum menunjukkan rupanya. Gue menunggu matahari terbit sambil menyeruput kopi. Ah indahnya hidup...
 
05.15 am

View dari Punthuk Setumbu ini memang jos….. Dari atas sini keliatan juga Candi Borobudur yang diselimuti kabut. Semua yang ada di Punthuk Setumbu sangat menikmati momen sun rise ini dan mulai menjepret menggunakan kamera masing-masing. Sebenernya ini sun rise atau camera rise sikk? *sita semua kamera, kasih ke guru BK*



Perlahan matahari semakin meninggi, hangatnya menusuk sanubari, dan silaunya semakin aduhai. Gue memutuskan untuk step back from the crowd dan mengambil saat hening sejenak. *eaaaaa* Matahari pertama di bulan Juni membawa kedamaian and it reminds me how God really takes good care of me yang bandel ini. *terharu*

05:25 am

05:30 am

05:37 am

05:40 am
05:44 am
06:00 am
06:07 am


Pemandangan yang bagus tiba-tiba berubah 180 derajat karena............

Geseran woy! Ngalingin aje!


Jam 6.15 gue mulai turun ke arah parkiran untuk menemui bapak ojek. Dari situ gue menuju Rumah Doa Bukit Rhema (yang lebih dikenal dengan Gereja Ayam). Sebenernya bangunan tua ini berbentuk burung merpati, tapi orang lebih seering menyebutnya Gereja Ayam. Perjalanan menuju gereja ayam ini ME-LE-LAH-KAN! ASLI! Motor harus diparkir di bawah dan dilanjutkan jalan kaki. Jalanan menuju gereja ayam ini bukan aspal, melainkan tanah dan rerumputan gitu.


Betjyeekkk, ciyynnnn!


 Kebayang kan pagi-pagi pasti tanah & rumput basah berembun dan licin licin gak lucu gitu. Namun licinnya jalan ini gak seberapa sampai pada akhirnya ada TANJAKAN CURAM. TANJAKANNYA ASPAL TAPI ASLIK GUE GAK BOHONG, TANJAKANNYA CURAM! Jalanan curam + licin + badan gue kek badak bercula 5 = PAKET CO-CO-COMBO!!! Jalanannya serba salah banget! Kalau lo lari, pasti gak bakal kuat. Dan kalau lo jalannya terlalu pelan atau berhenti-berhenti, lo akan tergelincir ke bawah. Ini jalanan atau cowok sih, ribet banget!


Dengan bercucuran keringat dan air mata, akhirnya gue mencapai ujung tanjakan dan gue melihat bangunan gereja ayam yang besar itu. 



Fiuh…..*rebahan di dada Morgan* Tanpa berlama-lama, gue langsung masuk ke bangunan tua ini. Cukup dengan membayar Rp 10.000, gue bisa mengelilingi setiap sudut bangunan gereja ayam. Bagian dalam gereja ini kosong, cuma terisi sedikit bahan-bahan bangunan dan ada beberapa bagian yang kayaknya lagi direnovasi. 


Di bagian dalam bangunan ini juga banyak coret-coretan di tembok yang dilakukan oleh orang-orang ndeso. Tulisan semacam “Kutil”, “Budi w4s heRe”, “I love you for3veR my LoVe”, dan sejenisnya ini bener-bener bikin mata kedutan dan tangan tremor.



Gue langsung naik ke bagian atas, melewati tangga yang dinaiki Cinta dan TUNGGU………………..Rangga, apakah itu pantatmu………….




Saat gue mencapai tangga terakhir, gue berkata pelan: “Ah kena tipu nih gue.. Mana Rangga??????” Dan beberapa orang yang udah duluan nyampe atas spontan nengok ke arah gue. Bukan cuma nengok, tapi ada 2 mas-mas yang menyodorkan tangan lalu berkata “Mbak, saya Rangga.” Gue gak mampu berkata-kata dan cuma bisa ketawa sambil ngomong “YAAWLAAAHH INI MAH SERANGGA!!!!!!!” Semua yang di atas ketawa, dan untungnya 2 mas-mas ini gak dorong gue ke bawah. HAHAHAHAHAHAHAHA.

Ini dia foto gue dan mas (Se)Rangga.

AADC (Ada Apa Dengan Cerangga)

Dan ini penampakan dari jengger burung.

breath-taking view




Kayaknya Ranggaku masih di New York


So I went round and round tapi tetep gak ketemu Rangga. Akhirnya gue nyerah dan kembali ke hotel diantar bapak ojek yang setia. Sampai hotel gue langsung mandi, pack barang-barang, dan late breakfast (gak mau rugi karena udah jatah dari hotel :p) 

Sarapan ala bule

Setelah sarapan, gue check out dan naik bus ke Jogja. Nyampe di Jogja jam 12an, flight balik ke Jakarta jam 4 sore dan gue masih maksa menyempatkan diri untuk makan siang di daerah Prawirotaman. Ada banyak resto dan cafĂ© unik di sekitar Prawirotaman, tapi gue hanya memilih Warung Bu Ageng (resto milik budayawan Butet Kertaredjasa), dan kedai es krim Tempo Gelato. 
Ini dia warung bu Ageng:



Di Warung Bu Ageng, gue nyobain lele yang bentuknya unik:

agak mirip........ iya itu

Dari Warung Bu Ageng, gue ke Tempo Gelato. Jarak dari Warung Bu Ageng ke Tempo Gelato sekitar 1 km, tapi untuk mempersingkat durasi dan berhubung sinar mataharinya sangat terik, gue naik becak. Hehehehehe. Seperti review yang gue baca di internet, kedai es krim ini rame banget kayak ada sunatan masal dimana tukang sunatnya lagi gak fokus dan motong terlalu pendek. Rame banget lah pokoknya! Di sini gue pesen rasa fenomenal yang gak dijual di kedai es krim lain, yaitu rasa yang dulu pernah ada di antara kita Kemangi campur green tea. Rasa green tea-nya sih biasa, tapi rasa Kemanginya?? Absurd. Kebayang kan Kemangi yang biasanya jadi hiasan di pecel lele itu dijadiin es krim? Rasanya asem-manis-seger-DHUAARR gitu kayak ngeliat mantan gandengan sama pacar barunya yang jelek. HAHA!

Ini penampakannya:



Dan yaakk.. waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Rencana awal naik Trans Jogja ke airport harus batal dan gue memilih untuk naik gojek. Pilihan gue untuk naik gojek sangat tepat karena jalanan macet :( Plus gue kudu mampir ke toko Bakpia 25 yang ada di deket airport sebagai sogokan/permintaan maaf kepada keluarga karena gue perginya dadakan. Heehueheheuhee. Alhasil gue pulang bawa banyak tentengan, terlihat lebih kayak abis pulang haji dan bukan abis traveling. Huft. Check in, masuk ke waiting room, dan…pesawatnya delay 1 jam lebih. Apalah aku ini yang hanya bisa duduk manis sambil menghitung sisa recehan di kantong celana. :(

Apakah traveling kali ini berakhir di Soetta? Ternyata tidak. Di perjalanan pulang, gue naik bus Damri ke Blok M. Awalnya gue duduk sendiri, tapi karena penumpang makin rame, gue bergeser ke bagian dalam dan ada seorang bapak yang duduk di sebelah gue. Dari penampilannya, si bapak ini kelihatannya berumur sekitar 50 tahun, penampilannya biasa, pake jaket, celana panjang, sepatu, dan tas. Beberapa menit pertama hening. Gak lama kemudian, si bapak mulai nanya-nanya sedikit, nanya gue darimana, tujuan kemana, dan pertanyaan standart lainnya. Gue, sebagai tipe orang yang always alert dan waspada cuma menjawab seperlunya dan gak kasih jawaban detail. Entah gimana flow pembicaraan kami mengalir. Si bapak cerita bahwa dia adalah seorang dosen filosofi yang sering jadi dosen tamu, baik di dalam negeri ataupun di luar negeri. Gue cuma ngedengerin, sambil sesekali ngangguk dan ngasih jawaban singkat. Lalu dia sebutin namanya, cerita tentang masa-masa kuliah doi (dulu doi bandel dan gak nyangka sekarang malah bisa jadi dosen), suka-duka jadi dosen (menurut dia lebih banyak suka-nya :p), pandangan doi tentang pendidikan di Indonesia, dll. Sambil dia cerita, sambil gue googling tentang doi, dan ternyata no tipu-tipu, dia orang pinter beneran. X))) Lalu gue pun cerita dikit tentang background gue, bahwa gue adalah sarjana sastra inggris, kerja sebagai guru piano, dan bahwa gue sebenernya masih bingung masa depan gue kayak apa. HAHAHAHA. Dengan tenang, si bapak menjawab, “Tenang.. dinikmati aja. Anggap aja ini kayak benang berwarna-warni yang pada awalnya seakan-akan gak nyambung tapi pada akhirnya akan terlihat rajutan yang indah.” “Wah sa ae si bapak”, ujar gue dalam hati. Gue ngangguk-ngangguk  sambil gue resap juga sikkk.. Setelah itu dia banyak inspire dan encourage gue tentang studi lagi, ambil S2, S3, kerjain sesuatu sesuai passion, dan pokoknya harus terus bergerak maju. Begitu saran si bapak. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi ya pak! :D

Pertemuan kami harus berakhir di Blok M. Jam menunjukkan pukul 8 malam, sodara-sodara. Dan itu tandanya lebih cepet perjalanan Jogja-Jakarta dibanding Cengkareng-Blok M. LOL.

THE END!!!!!!!!!!!!!!!!

Dengan memukul keyboard laptop 3 kali, maka post tentang solo trip ke Jogja ini resmi saya tutup!
*brak* *brok* *bruk*

Kesimpulan dari trip kali ini:
Gue belum menemukan Rangga.
Namun di trip ini gue menemukan sesuatu yang lebih berharga dibanding "Rangga", yaitu pelajaran kehidupan, khususnya tentang karir, jodoh, dan masa depan. Untuk semua orang yang aku temui selama trip tanggal 30 Mei- 1 Juni 2016, I thank you all! Semoga semua pencerahan yang gue dapatkan bisa membuat gue lebih fokus dan semangat menyongsong masa depan yang lebih awesome! UYEAH!

Baca trip day 1 di sini
Trip day 2 di sini
Dan stay tuned karena di next post gue akan membahas tentang suka-duka serta tips awesome untuk traveling, apalagi untuk para ciwik-ciwik yang doyan jalan sendiri.

SEE YAAAAAAAAAAAAA!!!!!