1 Juni 2016
Hari ketiga dimulai lebih awal dibanding hari kedua. Begitu
antusiasnya menemui Rangga, gue berhasil bangun jam 4 pagi. Tanpa mandi tapi
tentu kudu musti gambar alis, sebab
wajah tanpa alis cetar bagaikan taman tak berbunga.
Jam 4.30 belum ada kabar
dari si bapak ojek, padahal doi janji mau jemput gue jam 4.30. Dia yang
berjanji, dia pula yang mengingkari. Ah, namanya
juga lakik! X))) Sekitar pukul 4.50 akhirnya si bapak sampai di lobby
hotel. Off we go!!!
alis ready!
|
Perjalanan menuju Punthuk Setumbu di pagi buta itu NGERI-NGERI SEDAP! Jalanan menuju
Punthuk Setumbu itu melewati perkampungan, jalannnya kecil, sangat minim lampu
jalan, dan udaranya dingin banget. Jujur gue agak worry karena bener-bener sepi, plus gue gak ngabarin
keluarga bahwa gue mau berangkat sesubuh ini untuk liat sunrise (maafkan anakmu
ini, nyak babe!). Berbagai skenario penculikan dan pembunuhan terus berputar di
kepala gue untuk beberapa menit, lalu kemudian gue tenang karena gue sadar
gak ada yang mau culik gue. Porsi makan gue banyak dan hobi nyinyir ada
keajaiban terjadi! Tiba-tiba ada cahaya terang banget yang berasal dari sesuatu
di belakang gue. Ternyata cahaya itu berasal dari lampu mobil jeep yang ada pas
di belakang motor. Mobil ini juga mengarah ke Punthuk Setumbu dan menjadi
penerang jalanan hingga akhirnya gue berhasi sampai dengan selamat. Fiuh…. terima
kasih ya Tuhan. Terima kasih mas-mas Jeep…
Setelah 20 menitan melewati sesi ngeri-ngeri sedap, akhirnya
gue sampe di parkiran Punthuk Setumbu. Dari parkiran ini, gue beli tiket masuk
seharga Rp 15.000 dan mulai trekking ringan. Sesaat setelah gue mulai trekking,
gue sadar ternyata ini adalah NGERI-NGERI
SEDAP PART 2. Jalur trekkingnya gelap karena masih subuh, jumlah lampunya
sedikit dan jaraknya berjauhan. Plus, kanan-kiri jalurnya itu pepohonan yang
gede-gede menyeramkan. Memang ada beberapa warung sih, tapi letak warungnya cuma
di awal dan akhir jalur trekking. MAU MATI BANGET GAKSIHHHH. 5 menit berlalu..
10 menit berlalu… Gue langkahkan kaki tanpa henti dan akhirnya terlihat semakin
banyak lampu…..ah ada warung lagi! Dan ternyata warung itu adalah tanda akhir
jalur trekking. Alhamdulilah akhirnya gue sampe!! Hahahaahahahah! Gue langsung
duduk, mengatur napas, ngopi dan makan pisang goreng, lalu nongkrong bersama
mas-mas dan bapak-bapak lainnya.
Jam masih menunjukkan pukul 5.15 dan matahari belum
menunjukkan rupanya. Gue menunggu matahari terbit sambil menyeruput kopi. Ah indahnya hidup...
View dari Punthuk Setumbu ini memang jos….. Dari atas sini
keliatan juga Candi Borobudur yang diselimuti kabut. Semua yang ada di Punthuk
Setumbu sangat menikmati momen sun rise ini dan mulai menjepret menggunakan
kamera masing-masing. Sebenernya ini sun rise atau camera rise sikk? *sita
semua kamera, kasih ke guru BK*
Perlahan matahari semakin meninggi, hangatnya menusuk
sanubari, dan silaunya semakin aduhai. Gue memutuskan untuk step back from the
crowd dan mengambil saat hening sejenak. *eaaaaa* Matahari pertama di bulan
Juni membawa kedamaian and it reminds me how God really takes good care of me yang bandel ini. *terharu*
05:25 am |
05:30 am |
05:37 am |
05:40 am |
05:44 am |
06:00 am |
06:07 am |
Pemandangan yang bagus tiba-tiba berubah 180 derajat karena............
Geseran woy! Ngalingin aje! |
Jam 6.15 gue mulai turun ke arah parkiran untuk menemui bapak ojek. Dari situ gue menuju Rumah Doa Bukit Rhema (yang lebih dikenal dengan Gereja Ayam). Sebenernya bangunan tua ini berbentuk burung merpati, tapi orang lebih seering menyebutnya Gereja Ayam. Perjalanan menuju gereja ayam ini ME-LE-LAH-KAN! ASLI! Motor harus diparkir di bawah dan dilanjutkan jalan kaki. Jalanan menuju gereja ayam ini bukan aspal, melainkan tanah dan rerumputan gitu.
Betjyeekkk, ciyynnnn! |
Kebayang kan pagi-pagi pasti tanah & rumput basah berembun dan licin licin gak lucu gitu. Namun licinnya jalan ini gak seberapa sampai pada akhirnya ada TANJAKAN CURAM. TANJAKANNYA ASPAL TAPI ASLIK GUE GAK BOHONG, TANJAKANNYA CURAM! Jalanan curam + licin + badan gue kek badak bercula 5 = PAKET CO-CO-COMBO!!! Jalanannya serba salah banget! Kalau lo lari, pasti gak bakal kuat. Dan kalau lo jalannya terlalu pelan atau berhenti-berhenti, lo akan tergelincir ke bawah. Ini jalanan atau cowok sih, ribet banget!
Dengan bercucuran keringat dan air mata, akhirnya gue
mencapai ujung tanjakan dan gue melihat bangunan gereja ayam yang besar itu.
Fiuh…..*rebahan
di dada Morgan* Tanpa berlama-lama, gue langsung masuk ke bangunan tua ini.
Cukup dengan membayar Rp 10.000, gue bisa mengelilingi setiap sudut bangunan
gereja ayam. Bagian dalam gereja ini kosong, cuma terisi sedikit bahan-bahan
bangunan dan ada beberapa bagian yang kayaknya lagi direnovasi.
Gue langsung
naik ke bagian atas, melewati tangga yang dinaiki Cinta dan TUNGGU………………..Rangga,
apakah itu pantatmu………….
Saat gue mencapai tangga terakhir, gue berkata pelan: “Ah
kena tipu nih gue.. Mana Rangga??????” Dan beberapa orang yang udah duluan
nyampe atas spontan nengok ke arah gue. Bukan cuma nengok, tapi ada 2 mas-mas
yang menyodorkan tangan lalu berkata “Mbak, saya Rangga.” Gue gak mampu
berkata-kata dan cuma bisa ketawa sambil ngomong “YAAWLAAAHH INI MAH SERANGGA!!!!!!!”
Semua yang di atas ketawa, dan untungnya 2 mas-mas ini gak dorong gue ke bawah.
HAHAHAHAHAHAHAHA.
Ini dia foto gue dan mas (Se)Rangga.
AADC (Ada Apa Dengan Cerangga) |
Dan ini penampakan dari jengger burung.
![]() |
breath-taking view |
![]() |
Kayaknya Ranggaku masih di New York |
So I went round and round tapi tetep gak ketemu Rangga. Akhirnya gue nyerah dan kembali ke hotel diantar bapak ojek yang setia. Sampai
hotel gue langsung mandi, pack barang-barang, dan late breakfast (gak mau rugi
karena udah jatah dari hotel :p)
Sarapan ala bule |
Setelah sarapan, gue check out dan naik bus ke Jogja. Nyampe di Jogja jam 12an, flight balik ke
Jakarta jam 4 sore dan gue masih maksa menyempatkan diri untuk makan
siang di daerah Prawirotaman. Ada banyak resto dan café unik di sekitar
Prawirotaman, tapi gue hanya memilih Warung Bu Ageng (resto milik budayawan
Butet Kertaredjasa), dan kedai es krim Tempo Gelato.
Ini dia warung bu Ageng:
Di Warung Bu Ageng, gue nyobain
lele yang bentuknya unik:
agak mirip........ iya itu |
Dari Warung Bu Ageng, gue ke
Tempo Gelato. Jarak dari Warung Bu Ageng ke Tempo Gelato sekitar 1 km, tapi untuk
mempersingkat durasi dan berhubung sinar mataharinya sangat terik, gue naik
becak. Hehehehehe. Seperti review yang gue baca di internet, kedai es krim ini
rame banget kayak ada sunatan masal dimana tukang sunatnya lagi gak fokus dan
motong terlalu pendek. Rame banget lah pokoknya! Di sini gue pesen rasa
fenomenal yang gak dijual di kedai es krim lain, yaitu rasa yang dulu pernah
ada di antara kita Kemangi campur green tea. Rasa green tea-nya sih biasa, tapi rasa Kemanginya?? Absurd. Kebayang
kan Kemangi yang biasanya jadi hiasan di pecel lele itu dijadiin es krim? Rasanya
asem-manis-seger-DHUAARR gitu kayak
ngeliat mantan gandengan sama pacar barunya yang jelek. HAHA!
Ini penampakannya:
Dan yaakk.. waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Rencana awal
naik Trans Jogja ke airport harus batal dan gue memilih untuk naik gojek. Pilihan
gue untuk naik gojek sangat tepat karena jalanan macet :( Plus gue kudu mampir
ke toko Bakpia 25 yang ada di deket
airport sebagai sogokan/permintaan maaf kepada keluarga karena gue perginya
dadakan. Heehueheheuhee. Alhasil gue pulang bawa banyak tentengan, terlihat
lebih kayak abis pulang haji dan bukan abis traveling. Huft. Check in, masuk ke
waiting room, dan…pesawatnya delay 1 jam lebih. Apalah aku ini yang hanya bisa duduk manis sambil menghitung sisa recehan di kantong celana. :(
Apakah traveling kali ini berakhir di Soetta? Ternyata tidak. Di perjalanan pulang, gue naik
bus Damri ke Blok M. Awalnya gue duduk sendiri, tapi karena penumpang makin
rame, gue bergeser ke bagian dalam dan ada seorang bapak yang duduk di sebelah
gue. Dari penampilannya, si bapak ini kelihatannya berumur sekitar 50 tahun,
penampilannya biasa, pake jaket, celana panjang, sepatu, dan tas. Beberapa
menit pertama hening. Gak lama kemudian, si bapak mulai nanya-nanya sedikit,
nanya gue darimana, tujuan kemana, dan pertanyaan standart lainnya. Gue,
sebagai tipe orang yang always alert dan waspada cuma menjawab seperlunya dan
gak kasih jawaban detail. Entah gimana flow pembicaraan kami mengalir. Si bapak
cerita bahwa dia adalah seorang dosen filosofi yang sering jadi dosen tamu,
baik di dalam negeri ataupun di luar negeri. Gue cuma ngedengerin, sambil
sesekali ngangguk dan ngasih jawaban singkat. Lalu dia sebutin namanya, cerita
tentang masa-masa kuliah doi (dulu doi bandel dan gak nyangka sekarang malah
bisa jadi dosen), suka-duka jadi dosen (menurut dia lebih banyak suka-nya :p), pandangan
doi tentang pendidikan di Indonesia, dll. Sambil dia cerita, sambil gue
googling tentang doi, dan ternyata no tipu-tipu, dia orang pinter beneran. X)))
Lalu gue pun cerita dikit tentang background gue, bahwa gue adalah sarjana
sastra inggris, kerja sebagai guru piano, dan bahwa gue sebenernya masih
bingung masa depan gue kayak apa. HAHAHAHA.
Dengan tenang, si bapak menjawab, “Tenang.. dinikmati aja. Anggap aja ini
kayak benang berwarna-warni yang pada awalnya seakan-akan gak nyambung tapi
pada akhirnya akan terlihat rajutan yang indah.” “Wah sa ae si bapak”, ujar gue dalam hati. Gue ngangguk-ngangguk sambil gue resap juga sikkk.. Setelah itu dia
banyak inspire dan encourage gue tentang studi lagi, ambil S2, S3, kerjain sesuatu
sesuai passion, dan pokoknya harus terus bergerak maju. Begitu saran si bapak. Semoga
suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi ya pak! :D
Pertemuan kami harus berakhir di Blok M. Jam menunjukkan
pukul 8 malam, sodara-sodara. Dan itu tandanya lebih cepet perjalanan
Jogja-Jakarta dibanding Cengkareng-Blok M. LOL.
THE
END!!!!!!!!!!!!!!!!
Dengan memukul keyboard laptop 3 kali,
maka post tentang solo trip ke Jogja ini resmi saya tutup!
*brak* *brok* *bruk*
Kesimpulan dari trip kali ini:
Gue belum menemukan
Rangga.
Namun di trip ini gue menemukan sesuatu yang lebih berharga
dibanding "Rangga", yaitu pelajaran kehidupan, khususnya tentang karir, jodoh,
dan masa depan. Untuk semua orang yang aku temui selama trip tanggal 30 Mei- 1
Juni 2016, I thank you all! Semoga semua pencerahan yang gue dapatkan bisa membuat gue lebih fokus dan semangat menyongsong masa depan yang lebih awesome! UYEAH!
Baca trip day 1 di sini
Trip day 2 di sini
Dan stay tuned karena di next post gue akan membahas tentang
suka-duka serta tips awesome untuk traveling, apalagi untuk para ciwik-ciwik yang doyan jalan sendiri.
SEE YAAAAAAAAAAAAA!!!!!